Menjadi tuan rumah Olimpiade menjadi tidak dapat dipertahankan secara finansial

Menjadi tuan rumah Olimpiade menjadi tidak dapat dipertahankan secara finansial

Menjadi tuan rumah Olimpiade menjadi tidak dapat dipertahankan secara finansial, kata para ekonom

Kota Cahaya akan menjadi sorotan selama beberapa minggu ke depan karena Paris menjadi pusat pertunjukan dan pencapaian luar biasa dari tubuh, pikiran, dan jiwa manusia.

Namun, menjadi tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade telah menjadi suatu prestasi yang luar biasa – dan tidak dapat dipertahankan secara finansial.

Acara musim panas dan musim dingin empat tahunan memerlukan biaya. Dan, terutama dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini telah ternoda oleh pembengkakan anggaran, utang jangka panjang, infrastruktur yang boros, pengungsian dan gentrifikasi, perselisihan politik dan kerusakan lingkungan.

Komite Olimpiade Internasional berharap dapat memperbaiki kondisi tersebut. Dimulai dengan Olimpiade Paris: Organisasi olahraga non-pemerintah ini bertujuan untuk mengambil pendekatan yang lebih hemat dan ramah lingkungan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Ini akan menjadi Olimpiade pertama, sejak Sydney, yang total biayanya mencapai di bawah $10 miliar.” Kata Victor Matheson, profesor ekonomi di College of the Holy Cross yang telah meneliti biaya finansial Olimpiade.

Menjadi tuan rumah Olimpiade menjadi tidak dapat dipertahankan secara finansial

Menjadi tuan rumah Olimpiade menjadi tidak dapat dipertahankan secara finansial

“Itu karena IOC kehabisan kota yang bersedia menjadi tuan rumah acara ini.” Tambahnya. “Sudah jelas bagi kota-kota bahwa – di bawah rezim lama – hal ini merupakan bencana finansial yang nyata bagi kota-kota yang terkena dampaknya, dan sangat mahal serta kecilnya harapan untuk menghasilkan uang kembali dalam jangka panjang.”

Namun, beberapa ekonom dan peneliti berpendapat bahwa Olimpiade yang benar-benar berkelanjutan harus terlihat jauh berbeda dari Olimpiade yang kita kenal sekarang.
Peralihan menuju pemborosan
Empat puluh tahun yang lalu, Olimpiade juga berada di persimpangan jalan.

Setelah Olimpiade Mexico City tahun 1968 dan Olimpiade Munich tahun 1972 diwarnai dengan kekerasan mematikan dan Olimpiade Montreal tahun 1976 mengalami pembengkakan biaya yang dramatis, hampir tidak ada peminat yang bersedia menjadi kota tuan rumah untuk Olimpiade tahun 1984. Kata Andrew Zimbalist. Ekonom olahraga Smith College yang menulis tentang ketegangan ekonomi akibat Olimpiade dan Piala Dunia dalam bukunya. “Circus Maximus.”

Los Angeles, satu-satunya kota yang mengajukan penawaran pada pertandingan tahun 1984 (setelah Teheran menarik diri). Mampu menggunakan infrastruktur dan stadion yang ada, mendapatkan sponsor perusahaan dan hak siar yang menguntungkan. Dan menjadikan acara tersebut menjadi raksasa pemasaran seperti sekarang ini. .

Hal yang paling menarik: Panitia Penyelenggara LA memperoleh surplus sebesar $215 juta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *